Kamis, 22 Februari 2024

SEJARAH SINGKAT BERDIRINYA IKATAN PELAJAR NAHDLATUL ULAMA


Sejarah pendirian Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) pada 24 Februari 1954 mencerminkan perjalanan yang panjang dan perkembangan evolusinya. Dalam konteks latar belakangnya, terlihat inisiatif pelajar dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU) untuk menggabungkan berbagai perkumpulan pelajar yang sebelumnya bersifat lokal menjadi satu entitas nasional di bawah naungan NU.

Kelompok-kelompok pelajar yang muncul selama masa revolusi kemerdekaan mencerminkan partisipasi pesantren dalam mendukung perjuangan kemerdekaan. Setelah fase revolusi fisik, aktivitas organisasi-organisasi lokal ini mengalami penurunan, namun gagasan untuk mengintegrasikannya dalam wadah nasional di bawah NU semakin berkembang.

Embrio-embrio IPNU pada tahun 1950-an seperti Ikatan Siswa Muballighin NO (Iksimno), Persatuan Peladjar NO (Perpeno), Ikatan Peladjar Islam NO (IPINO), dan Ikatan Pelajar NO (IPNO) menjadi langkah awal menuju terbentuknya wadah tunggal di tingkat nasional.

Pembentukan IPNU pada Konferensi Besar LP Ma’arif NU di Semarang pada Februari 1954 merupakan hasil dari pemikiran dan upaya para pelajar yang mengusulkan konsep tersebut. Pada 24 Februari 1954, IPNU secara resmi didirikan dengan tujuan utama menegakkan dan menyebarkan agama Islam, meningkatkan kualitas pendidikan Islam, dan mengumpulkan potensi pelajar Islam yang menganut paham Ahlussunnah wal Jama’ah.

Perjalanan IPNU tidak hanya melibatkan dimensi keagamaan, tetapi juga mencerminkan perubahan dalam struktur organisasinya. Awalnya sebagai anak asuhan LP Ma’arif NU, IPNU kemudian menjadi entitas otonom di bawah PBNU, dan pada Kongres IPNU ke-6 di Surabaya tahun 1988, asas organisasi IPNU-IPPNU berubah menjadi Pancasila.

Perubahan ini terus berlanjut, termasuk usulan penggabungan IPNU-IPPNU menjadi Ikatan Remaja Nahdlatul Ulama (IRNU) oleh KH Abdurrahman Wahid pada tahun 1988, yang akhirnya dipisahkan dan berganti nama menjadi Ikatan Putra Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Putri-putri Nahdlatul Ulama (IPPNU).

Pengusulan untuk mengembalikan status IPNU dan IPPNU sebagai organisasi pelajar pada Muktamar NU ke-30 di Lirboyo, Kediri (1999), dan keputusan resmi dalam Kongres IPNU-IPPNU pada 2003 menandai babak baru bagi IPNU sebagai organisasi pelajar yang mengikuti khittah awal pendiriannya.

Sabtu, 17 Februari 2024

PAC IPNU IPPNU Kecamatan Mijen Salurkan Donasi untuk Korban Banjir Demak


Demak, 9-17 Februari 2024 - PAC IPNU IPPNU Kecamatan Mijen telah mengalokasikan bantuan bagi korban banjir di beberapa lokasi di Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Bantuan yang diberikan melibatkan pemberian makanan, pakaian, popok, serta kebutuhan mendesak lainnya.

Dalam tahap penyaluran pertama, bantuan diserahkan ke posko banjir Kedungwaru Kidul, Karanganyar. Pada penyaluran kedua, bantuan dialokasikan melalui posko MWC NU Gajah. Sementara pada penyaluran ketiga, bantuan disalurkan kembali ke posko MWC NU Bogorame, Mijen, sekaligus membantu pendirian posko bagi korban banjir.

Banjir di Kabupaten Demak, Jawa Tengah, dipicu oleh luapan air dan ketidakmampuan tanggul sungai untuk menahan aliran sejak tanggal 5 Februari 2024. Banjir semakin merambah, terutama karena tingginya curah hujan di Jateng Selatan yang mengakibatkan jebolnya tanggul sungai besar yang melintasi Demak. Sebanyak tujuh kecamatan terdampak akibat luapan air ini.

Pejabat Gubernur Jawa Tengah, Nana Sudjana, dalam siaran persnya di Jakarta pada Selasa (20/02/2024), mengungkapkan bahwa setidaknya 11.400 orang harus mengungsi karena dampak banjir di Kabupaten Demak dan Kudus, Jateng. Ada 35 desa di tujuh kecamatan yang terkena dampak banjir, dengan Kecamatan Karanganyar, Demak, mengalami kondisi paling parah, dengan tinggi air mencapai nyaris 6 meter, mendekati atap rumah warga.
Ketua PAC IPNU Kecamatan Mijen, Khabib Al Muzakky, menyatakan keprihatinannya terhadap situasi sulit yang dihadapi masyarakat Demak akibat banjir. Ia berharap agar semua pelajar NU dapat bersinergi untuk terus memberikan bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan.

Bantuan tanggap bencana ini diberikan dengan tujuan untuk membantu penyintas banjir memenuhi kebutuhan dasar mereka dan mengurangi beban yang mereka hadapi selama krisis banjir. Meskipun saat ini kondisi daerah terdampak belum pulih sepenuhnya, kebutuhan mendesak melibatkan makanan siap saji, pakaian dewasa dan anak-anak, popok bayi, serta perlengkapan mandi dan selimut.



Red: Hasan