Kamis, 27 Februari 2020

Akhlaq Seorang Santri Terhadap Dirinya Sendiri


Seorang santri harus bisa mengetahui akhlaq atau etika terhadap dirinya sendiri. Dalam kitab Adabul 'Alim wal Muta’allim karya Hadrotus Syekh KH. Hasyim Asy’ari menerangkan ada beberapa hal penting yang harus di perhatikan seorang santri atau murid terhadap dirinya sendiri, yaitu;
1. Harus mensucikan hatinya dari sesuatu yang mempunyai unsur menipu, kotor, penuh rasa dendam, hasud, keyakinan yang tidak baik, dan budi pekerti yang tidak baik. Hal itu di lakukan supaya ia pantas untuk menerima ilmu, menghafalkannya, meninjau kedalam maknanya, dan memahami makna yang tersirat.
2. Harus memperbaiki niat dalam mencari ilmu, dengan tujuan untuk mencari Ridha Allah ta'ala, mampu mengamalkannya, menghidupkan syari'at, untuk menerangi hati, menghiasi batin, dan mendekatkan diri kepada Allah. Tidak bertujuan untuk memperoleh tujuan-tujuan duniawi. Misalnya jadi pemimpin, jabatan, harta benda, mengalahkan teman, supaya di hormati masyarakat dan sebagainya.
3. Harus berusaha sesegara mungkin untuk memperoleh ilmu di waktu masih belia dan memanfaatkan sisa umurnya. Jangan sampai menunda-nunda belajar dan terlalu banyak berangan-angan. Karena, setiap jam akan melewati umurnya yang tidak mungkin di ganti atau di tukar.
4. Harus menerima apa adanya (qona'ah) berupa segala sesuatu yang mudah ia dapat, baik itu berupa makanan atau pakaian, dan sabar atas kehidupan yang berada di bawah garis kemiskinan yang ia alami ketika dalam tahap proses mencari ilmu, serta mengumpulkan morat-marit nya hati akibat terlalu banyaknya angan-angan dan keinginan, sehingga sumbeh hikmah akan mengalir kedalam hati.
5. Harus bisa membagi seluruh waktu dan menggunakannya setiap kesempatan. Waktu yang paling ideal dan baik di gunakan oleh para santri yaitu; a) waktu sahur di gunakan untuk menghafal, b) waktu pagi di gunakan untuk membahas pelajaran, c) waktu tengah hari di gunakan untuk menulis, d) waktu malam di gunakan untuk meninjau ulang dan mengingat pelajaran.
6. Harus mempersedikit makan dan minum, karena apabila perut dalam keadaan kenyang maka akan menghalangi semangat ibadah dan badan menjadi berat. Biasanya tumbuhnya penyakit itu dari kebanyakan makan dan minum, seperti sebuah syair yang berbunyi;
فإن الداء أكثر ما تراه # يكون من الطعام والشراب
Yang artinya kurang lebih:
“Sesungguhnya penyakit yang engkau saksikan itu kebanyakan timbul dari makanan dan minuman.”
7. Harus mengambil tindakan terhadap dirinya sendiri dengan sifat wira'i (menjaga diri dari perbuatan yang bisa merusak harga diri) serta berhati-hati dalam setiap keadaan, memperhatikan kehalalan makanannya, baik itu berupa makanan, minuman, pakaian, dan tempat tinggal.
8. Harus mempersedikit makan yang merupakan salah satu sebab tumpulnya otak (dedel:Jawa), lemahnya panca Indra, seperti buah yang masam, minum cuka. Begitu juga makanan yang menimbulkan banyak dahak, yang dapat mempertumpul akal fikiran dan memperberat badan, seperti terlalu banyak minum susu, makan ikan dan lain sebagainya.
9. Harus berusaha untuk mengurangi tidur selama tidak menimbulkan bahaya pada tubuh dan akal pikirannya. Jam tidur tidak boleh lebih dari delapan jam selama sehari semalam. Apabila ia merasa terlalu lelah, maka tidak ada masalah untuk memberikan kesempatan beristirahat untuk dirinya.
10. Harus meninggalkan pergaulan. Karena itu sangat penting bagi orang yang mencari ilmu, apalagi bergaul dengan lawan jenis khususnya jika terlalu banyak bermain dan sedikit menggunakan akal fikiran. Bahaya dari pergaulan adalah menyia-nyiakan umur tanpa guna dan berakibat hilangnya agama apabila bergaul bersama orang yang tidak beragama. Jika ia membutuhkan orang yang bisa menemaninya, maka orang itu harus shaleh, kuat agamanya, takut kepada Allah, wira'i, bersih hatinya, banyak berbuat kebaikan. Jika ia lupa temannya yang mengingatkan, dan bila ia ingat, berarti temannya telah menolongnya.
Itulah beberapa akhlaq seorang santri terhadap dirinya sendiri yang terdapat dalam kitab Adabul 'Alim wal Muta’allim. Semoga kita selalu Istiqomah dalam mengerjakan sesuatu yang baik supaya kita bisa menjadi santri yang berakhlaqul Karimah. Karena santri harus mempunyai ilmu dan Akhlaq yang baik, seperti halnya dalam maqalah “Syaraful Insana bil Ilmi wal adab”.
Al-Faqir Al-Dhaif
Achmad Aan Nahrudin